Rabu, 28 Oktober 2009

Posisi duduk makmum masbuk

Posisi duduk makmum masbuk : Terdapat Khilafiyyah (Yang Rajih 1 dan 2 dari 3 penjelasan) Wallahu a’lamu, lihat penjelasan berikut :

1) Dari http://muslim.or.id/soaljawab/fiqh-dan-muamalah/soal-jawab-makmum-masbuk.html

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ustadz, ana ingin bertanya beberapa hal tentang makmum masbuk yg ana blm paham:

  1. Jika telah tertinggal satu rakaat atau lebih, pada saat imam tahiyat akhir, kita kan juga ikut baca tahiyat, nah duduknya itu mesti ikut imam (tawarruk) atau duduk iftirasy?
  2. Kapan harus bangun untuk menyempurnakan rakaat yg tertinggal, apakah begitu imam selesai salam yg pertama atau haruskah menunggu imam menyelesaikan salamnya yg kedua?
  3. Kita masuk jama’ah sedang mendapati imam sedang berdiri (pada saat imam membaca sirr) , apakah masih disunnahkan kita baca doa iftitah & ta’awudz atau sebaiknya langsung baca Al Fatihah?

Demikian pertanyaan ana, Jazakallah khairan katsiraa.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jawaban Ustadz:

Dilihat dari jumlah rakaatnya, maka bisa dibagi dua:

  1. Jumlah rakaat yang sholatnya adalah dua rakaat, seperti sholat subuh, jum’at dll. Maka cara duduk tasyahud dalam sholat seperti ini adalah iftirasy. Ada dua hadits yang dijadikan dalil dalam hal ini yaitu hadits dari Abdullah bin Zubair yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dengan sanad yang hasan dan hadits dari Wail bin Hukr yang diriwayatkan oleh Nasai no. 1158 dengan sanad yang shahih.
  2. Sholat yang jumlah rakaatnya lebih dari 2 rakaat. Maka untuk sholat jenis ini pada tasyahud awal duduk iftirasy dan pada tasyahud akhir dengan tawarruk. Dalilnya adalah hadits dari Abu Humaid As-Sa’idi, beliau menceritakan tata cara yang Nabi lakukan di hadapan sepuluh orang sahabat dan mereka semua membenarkannya. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari n0. 794. Rincian seperti di atas merupakan pendapat Imam Ahmad.

Adapun Untuk makmum yang masbuk maka dirinci sebagai berikut:

  1. Masbuk pada sholat dua rakaat maka duduknya hanya iftirasy.
  2. Masbuk dalam sholat yang lebih dari dua rakaat dan imam sudah duduk tasyahud akhir, maka ada dua kemungkinan:
    - Makmum tertinggal dua rakaat atau lebih. Maka dalam kondisi ini makmum iftirasy dan tidak mengikuti imam, mengingat bahwa Nabi saat sholat dua rakaat duduk dengan iftirasy.
    - Makmum tertinggal satu rakaat maka posisi duduknya adalah tawarruk sama dengan imamnya sebagaimana cara Nabi dalam sholat yang lebih dari dua rakaat.

Syaikh Muqbil Al-Wadi’i rohimahulloh mengatakan, “Ada sebagian orang berpendapat kalau seorang masbuk dua rakaat dan mendapati imam duduk terakhir maka makmum duduk tawarruk seperti posisi duduk imam dengan dalil hadits dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: “Imam itu diangkat hanya untuk diikuti”, tapi yang tampak bagiku masbuk tersebut tetap duduk iftirasy.” (Diringkas dari Majalah An-Nashihah vol. 01 th I/1422 H hal 2-5).

Dalam Syarah Al Mumthi’ 2/312-313, Syaikh Al Utsaimin menyatakan bahwa tidak ada kewajiban mengikuti dalam gerakan sholat yang tidak menyebabkan makmum mendahului atau terlambat dari imam.

Penanya: Zaini
Dijawab Oleh: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

2) Dari http://www.darussalaf.or.id/stories.php?id=1300

Sholat ditinjau dari jumlah raka’atnya terbagi dua :

a. Sholat dua raka’at seperti sholat Shubuh, rawatib dan lain-lainnya. Kalau sholat dua raka’at seperti ini, maka cara duduknya adalah duduk iftirasy, seperti duduk tasyahud awal dalam sholat lebih dari dua raka’at atau seperti duduk antara dua sujud yaitu kaki kanan ditegakkan dan duduk di atas kaki kiri. Ada dua hadits yang menjelaskan hal tersebut.

Pertama : Hadits ‘Abdullah bin Zubair, beliau berkata :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ افْتَرَشَ اليُسْرَى وَنَصَبَ اليُمْنَى وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى الْوُسْطَى وَأَشَارَ بِالسَّبَابَةِ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَلْقَمَ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ

“Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam apabila beliau duduk dalam dua raka’at, beliau menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan yang kanan dan meletakkan ibu jarinya di atas jari tengah dan beliau berisyarat dengan telunjuknya dan beliau meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kirinya dan telapak tangan kirinya menggenggam lututnya”. Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban -sebagaimana dalam Al-Ihsan 5/370 no.1943- dengan sanad yang hasan.

Kedua : Hadits Wail bin Hujr :

وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ أَضْجَعَ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَنَصَبَ أُصْبَعَهُ لِلدَّعَاءِ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى

“Dan apabila ia duduk dalam dua raka’at beliau membaringkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan menegakkan jarinya untuk doa dan meletakkan tangan kirinya di atas paha kirinya …”. Dikeluarkan oleh An-Nasai 2/586-587 no.1158 dengan sanad yang shohih.

b. Sholat lebih dari dua raka’at seperti sholat Maghrib, Isya, Dhuhur dan Ashar. Sholat seperti ini punya dua tasyahud yaitu tasyahud awal dan tasyahud akhir, maka dia duduk pada tasyahud awal dengan duduk iftirasy dan pada tasyahud akhir dengan duduk tawarruk yaitu menegakkan kaki kanan dan memasukkan kaki kiri di bawah paha dan betis kanan dan pantat sebelah kiri menyentuh langsung ke tempat duduk.

Hal ini berdasarkan hadits Abu Humaid As-Sa’idy yang mana beliau menceritakan sifat sholat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam di hadapan sepuluh orang shohabat dan mereka membenarkannya. Hadits Abu Humaid ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhory no.794, beliau berkata :

فَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى وَإِذَا جَلَسَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الأُ خْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدَتِهِ

“Dan apabila beliau duduk pada dua raka’at, beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan yang kanan. Kemudian apabila beliau duduk di raka’at terakhir, beliau memajukan kaki kirinya dan menegakkan kaki yang lainnya dan beliau duduk di atas tempat duduknya”.

Rincian di atas merupakan pendapat Imam Ahmad sebagaimana dalam Masail Ibnu Hany hal.79, Al-Mughny 21/218 dan Majmu’ 3/430. Dan juga merupakan pendapat Ats-Tsaury, Ishaq dan Ashabu Ar-Ro’y.

Maka kalau seorang makmum masbuk pada sholat yang dua raka’at maka duduknya tiada lain kecuali duduk iftirasy .

Adapun kalau makmum ini masbuk dalam sholat yang lebih dari dua raka’at dan makmum yang masbuk mendapatkan Imam sudah duduk tasyahud terakhir, maka posisi makmum yang masbuk ini tidak lepas dari dua keadaan :

Pertama : Ia masbuk dua raka’at atau lebih.

Kedua : Ia masbuk satu raka’at.

Maka kalau makmum ini masbuk dua raka’at atau lebih maka duduknya adalah duduk iftirasy, sebab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits Malik bin Al-Huwairiz riwayat Al-Bukhory no.605 bersabda :

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ

“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat saya sholat”.

Dan dari keterangan yang tersebut di atas Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pada dua raka’at duduknya adalah duduk iftirasy, berarti kalau ia mendapati Imam tasyahud terakhir dengan duduk tawarruk dan makmum ketinggalan dua raka’at atau lebih maka duduknya adalah duduk iftirasy tidak mengikuti Imam.

Adapun kalau makmum ini masbuk satu raka’at maka duduknya adalah duduk tawarruk sama dengan duduk Imamnya sebagaimana cara sholat Nabi r dalam sholat yang lebih dari dua raka’at dalam keterangan yang telah disebutkan diatas. Wallahu A’lam.



Faidah :

Saya pernah mendengar Syaikhuna Al-‘Allamah Al-Muhaddits dari negeri Yaman Syaikh Muqbil bin Hady Al-Wadi’y -rahimahullah- beliau berkata : “Ada sebagian orang berpendapat bahwa kalau seseorang masbuk dua raka’at kemudian ia mendapati Imam duduk tasyahud terakhir maka ia duduk tawarruk seperti duduknya Imam dengan dalil hadits Abu Hurairah Riwayat Bukhory-Muslim :

إِنَّمَا جُعِلَ الإِْ مَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ

“Sesungguhnya Imam itu dijadikan untuk diikuti”.

Lalu Syaikh Muqbil berkata : “Tapi yang nampak bagi saya bahwa si masbuk ini tetap duduk iftirasy”.

Jelaslah bahwa apa yang dijelaskan di atas sesuai dengan fatwa Syaikh Muqbil ini. Hal tersebut disebabkan karena hadits : “Sesungguhnya Imam itu dijadikan untuk diikuti” adalah hadits yang umum sedangkan hadits Malik bin Al-Huwariz adalah hadits yang lebih khusus darinya. Maka hadits Malik lebih didahulukan. Wal ‘Ilmu ‘Indallah.

http://an-nashihah.com/index.php?mod=article&cat=Manhaj&article=65

3) Dari http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/32983

Re: [assunnah] mengenai duduknya makmum masbuk ketika imam duduk tawaruk.

assalamu alaikum,

mungkin ada sedikit khilafiyah dalam hal ini. Saya tinggal di sharjah-UAE.
FYI, berbeda dg dubai yg liberal, sharjah juga menerapkan syariah qisas dan
cambuk sebagaimana saudi.

Dulu, saya pernah bertanya hal ini kpd imam masjid jami' Abdullah Bin Abbas
(corniche street - Al Buhairah).
Syekh tsb berkata bahwa ketika imam duduk tasyahud akhir, makmum
masbuk harus duduk iftirosy. Afwan, saya belum menanyakan dalilnya.

salam,

hanif
sharjah - UAE


On 22/05/07, isyhadubiannamuslim <isyhadubiannamuslim@...> wrote:
>
> Wa'alaykumussalamu Warahmatullahi Wabarakatuh
>
> Shadaqta...
> Begitu pula yang ana dengar dari penjelasan ustadz Abdul Hakim bin
> Amir Abdat saat sual-jawab pada kajian Ahad ke III bulan ini (mei) di
> masjid Muhammad Ramadhan kemarin. Walillahil hamd.
>
> Makmum duduk tawaruk mengikuti Imam, kemudian dia bangkit
> menyempurnakan raka'at yang tertinggal.
>
> Abu Nidia
> Syawwal 1399H
>
> --- In assunnah@yahoogroups.com , "Teuku
> Maulisa Asri
> (Poncha)" wrote:
> >
> > Assalamu'alaikum,
> >
> > Secara khusus hadits yang menetapkan hal itu ana belum pernah
> membacanya. Jadi yang ana pergunakan keumuman hadits tentang
> "mengikuti imam". Berarti kita harus juga melakukan duduk tawaruk
> walaupun kita tidak mendapati hitungan satu rakaatpun pada shalat
> jamaah tersebut karena kita sudah melewati posisi ruku'.
> >
> > Demikian, wallahu'alam.
> >
> > > "rona adi pratama" Wrote:
> > > assalamu a'laikum
> > >
> > > ana ingin bertanya mengenai terlambatnya seorang mamkmum dalam shalat
> > > berjama'ah, dimana misalkan makmum tersebut terlambat satu raka'at dan
> > > ketika imam duduk pada tasyhadud akhir (duduk tawaruk) apakah makmum
> > > mengikuti imam untuk duduk tawaruk juga, ataukah makmum duduk seperti
> > > duduknya pada tasyahdud awal (duduk iftirasy)?
> > >
> > > syukran. jazakallah bil'khair