Jumat, 24 Juni 2011

Ringkasan Singkat Tentang Puasa Ramadhan

Persiapkan diri menjelang ramadhan

الصَّوم وأحكامه

(Puasa dan Hukum-hukumnya)

Definisi Puasa

الصوم والصيام adalah dua sumber kata dasar untuk kalimat puasa, sebagaimana dikatakan (dalam kaidah shorof) صام , يصوم, صوما, وصياما , sedangkan makna secara bahasa dari puasa yaitu menahan diri dari makan dan berbicara serta melakukan perjalanan. Sedangkan menurut istilah syar’ie puasa didefinisikan sebagai suatu bentuk pengekangan diri (menahan diri) dari hal-hal yang membatalkannya (yaitu makan dan minum serta jima’/hubungan seksual dan selainnya) dengan niat khusus, sejak terbitnya fajar sampai waktu maghrib.

Dalil-Dalil Yang Menyebutkan Wajibnya Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi umat Islam menurut salah satu pendapat yaitu terjadi pada tahun kedua hijriyah, dan asal dari wajibnya puasa ramadhan ini telah ada dalam kitabullah dan hadits rosululloh shalallohu ‘alaihi wasallam serta ijma’nya para kaum muslimin terdahulu.

Adapun dalilnya dari Al-qur’an yaitu firman Allah ta’ala ;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al-Baqarah ; 183)

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (Al-Baqarah ; 185)

Adapun dalilnya dari hadits rosulullah shalallohu ‘alaihi wasallam :

وأما السنة فقوله ( بني الإسلام على خمس : شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان ) رواه البخاري ومسلم

وعن طلحة بن عبيد الله أن أعرابيا جاء إلى رسول الله فقال ( أخبرني بما فرض الله علي من الصيام ، فقال : شهر رمضان إلا أن تطوع ) رواه البخاري من حديث طويل .

“Islam itu dibangun atas 5 perkara, yaitu bersaksi bahwa tidak ada illah (sesembahan) yang berhak untuk di ibadahi dengan benar kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad itu adalah utusan Allah, menunaikan zakat, dan berhaji serta puasa ramadhan” – HR. Bukhori dan Muslim –

Dan Dari Thalhah bin ubaidillah, bahwasanya ada seorang arab gunung datang kepada rosulullah, maka orang ini berkata : “Beritahukan kepadaku mengenai apa saja yang Alloh wajibkan dari puasa”, maka beliau bersabda : “Puasa Ramadhan, kecuali engkau menambah amalan puasa yang lain” – HR. Bukhori dari hadits yang panjang -

Dan sungguh kaum muslimin telah ijma’ (sepakat) akan kewajiban dari puasa ramadhan

Keutamaan Puasa Ramadhan

Banyak sekali keutamaan dari berpuasa yang ada dalam ayat al-qur’an dan hadits rosulullah shalallohu ‘alaihi wasallam, berikut nukilan dari sebagian kecilnya saja

قال جل وعز شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an .... (Al-Baqarah 185)

#إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة ) رواه البخاري =” jika Ramadhan datang maka pintu-pintu surga dibuka” –HR. Bukhori -

#وفي رواية له : ( إذا دخل رمضان فتحت أبواب السماء وغلقت أبواب جهنم وسلسلت الشياطين = dalam riwayat yang lain dari bukhori ,” jika Bulan Ramadhan telah tiba (masuk) maka pintu-pintu langitpun dibuka, pintu neraka dikunci dan syaitan-syaitan dirantai.”

# ( من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه ) رواه البخاري ومسلم = “barang siapa yang puasa ramadhan karena iman kepada Allah dan menharap ganjaran dari Allah, maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah terdahulu” HR. Bukhori dan Muslim

Penentuan Puasa

Kewajiban Puasa Ramadhan adalah dengan menyempurnakan bulan sya’ban selama 30 hari atau dengan ru’yatul hilal (melihat bulan), sebagaimana sabda rasulullah shalallohu ‘alaihi wasallam

( صوموا لرؤيته وافطروا لرؤيته فإن غبى عليكم فأكملوا عدة شعبان ثلاثين يوما ) متفق عليه

“Bershaumlah berdasarkan ru’yatul hilal dan berhari rayalah berdasarkan ru’yatul hilal. Jika terhalangi oleh mendung (atau semisalnya) maka genapkanlah bilangannya menjadi 30 hari.” Muttafaq ‘alaih

Dan penentuan datangnya bulan ramadhan yaitu dengan persaksian seorang laki-laki yang dikenal adil. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh ibnu ‘umar :

تراءى الناس الهلال فأخبرت رسول الله إني رأيته ، فصام وأمر الناس بصيامه ) رواه الدارقطني

“Orang-orang melihat bulan sabit, lalu aku beritahukan kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bahwa aku benar-benar telah melihatnya. Lalu beliau berpuasa dan menyuruh orang-orang agar berpuasa.” Riawayat Daruquthni

Dan dianjurkan bagi manusia untuk melihat bulan pada 30 hari di bulan sya’ban dan senantiasa memperhatikan akan perkara ini bagi puasa mereka. Sebagaimana sabda rosulullah shalallohu ‘alaihi wasallam

( احصوا هلال شعبان لرمضان ) رواه الترمذي والحاكم

“Hitunglah hilal (bulan) Sya’ban untuk (mempersiapkan) bulan Ramadhan.” HR. At-Tirmidzi dan Al-Hakim

Syarat-Syarat Wajib Puasa Ada 4 Macam

- الإسلام (islam)

- البلوغ (baligh)

- العقل (berakal)

- القدرة (mampu)

Dan wajib meniatkan diri untuk berpuasa ramadhan di setiap harinya, karena puasa ramadhan adalah ibadah wajib yang hari-harinya terpisah dan waktunya telah ditentukan, demikian pula dengan sholat yang niatnyapun harus diniatkan ketika hendak sholat, seperti sholat dzuhur berbeda niatnya dengan sholat ashar, wallohu a’lam. Sebagaimana sabda rosulullah

( من لم يبيت الصيام من الليل فلا صيام له ) قال ابن حزم صحيح الاسناد وقال النووي إسناده صحيح في كثير من الطرق

Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari maka tidak ada puasa baginya

Orang-Orang Yang Tidak Wajib Puasa

- Gila

- Bukan Baligh

- Wanita yang haidh dan nifas

- Musafir

- Sakit

- Orang Tua yang sudah lanjut usia

- Orang yang hamil dan menyusui

Hal-hal yang membatalkan puasa

- Jima’ (hubungan intim)

- Mengeluarkan mani dengan sengaja (entah dengan istri ataupun dengan yang lainnya)

- Haidh dan nifas pada wanita

- Makan dan minum dengan sengaja

- Segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh (berupa cairan infus atau yang lainnya) ataupun yang melewati kerongkongan

- Menyengaja untuk membatalkan puasa

- Muntah dengan sengaja.

- Merokok (menurut salah satu pendapat yang masyhur), sebab asap yang dihisap sampai ke kerongkongannya dan terkadang menjadikan perutnya terasa kenyang

- Melakukan bekam

( أفطر الحاجم والمحجوم ) رواه الترمذي والبيهقي وصححه الامام أحمد

“Telah berbuka orang yang melakukan bekam dan orang yang dibekam”

- Murtad (keluar dari Islam, wal’iyadhubillah)

Amalan Yang dianjurkan pada Puasa Ramadhan

- Menyegerakan berbuka puasa ketika telah masuk waktu, dan disunnahkan mengucapkan doa :

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/

(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232

- Makan sahur dan mengakhirkan waktu sahur

- Memberikan makan kepada orang lain yang sedang berpuasa

- Bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam lailatul qadr yaitu pada 10 hari terakhir dibulan Ramadhan.

- Memperbanyak membaca al-qur’an

- Memperbanyak infaq dan shodaqoh

- Melaksanakan sholat terawih

- I’tikaf

Referensi :

1. diringkas dari الصَّوم وأحكامه , yang ditulis oleh الدكتور عبد الرحمن عبد الرحمن شميلة الأهدل

2. diringkas dari صيام رمضان ، أحكام ومسائل yang ditulis oleh : أبو طارق، إحسان بن محمد بن عايش العتيـبي

والله أعلم، وصلِّ اللهم على محمد وعلى آله وصحبه وسلِّم

Seharusnya Kita Selalu Menangis

(Oleh: Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari)


Pernahkah Anda menangis -dalam keadaan sendirian- karena takut siksa Allâh Ta’ala? Ketahuilah, sesungguhnya hal itu merupakan jaminan selamat dari neraka. Menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala akan mendorong seorang hamba untuk selalu istiqâmah di jalan-Nya, sehingga akan menjadi perisai dari api neraka. Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

hadist

“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis
karena takut kepada Allâh sampai air susu kembali ke dalam teteknya.
Dan debu di jalan Allâh tidak akan berkumpul dengan asap neraka Jahannam”.
[1]


MENGAPA HARUS MENANGIS?

Seorang Mukmin yang mengetahui keagungan Allâh Ta’ala dan hak-Nya, setiap dia melihat dirinya banyak melalaikan kewajiban dan menerjang larangan, akan khawatir dosa-dosa itu akan menyebabkan siksa Allâh Ta’ala kepadanya.

Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

hadist

"Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya
seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung,
dia khawatir gunung itu akan menimpanya.
Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya
seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya,
dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka lalat itu terbang”.
(HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullâh)


Ibnu Abi Jamrah rahimahullâh berkata,

“Sebabnya adalah, karena hati seorang Mukmin itu diberi cahaya. Apabila dia melihat pada dirinya ada sesuatu yang menyelisihi hatinya yang diberi cahaya, maka hal itu menjadi berat baginya. Hikmah perumpamaan dengan gunung yaitu apabila musibah yang menimpa manusia itu selain runtuhnya gunung, maka masih ada kemungkinan mereka selamat dari musibah-musibah itu. Lain halnya dengan gunung, jika gunung runtuh dan menimpa seseorang, umumnya dia tidak akan selamat. Kesimpulannya bahwa rasa takut seorang Mukmin (kepada siksa Allâh Ta’ala -pen) itu mendominasinya, karena kekuatan imannya menyebabkan dia tidak merasa aman dari hukuman itu. Inilah keadaan seorang Mukmin, dia selalu takut (kepada siksa Allâh-pen) dan bermurâqabah (mengawasi Allâh). Dia menganggap kecil amal shalihnya dan khawatir terhadap amal buruknya yang kecil”.
(Tuhfatul Ahwadzi, no. 2497)


Apalagi jika dia memperhatikan berbagai bencana dan musibah yang telah Allâh Ta’ala timpakan kepada orang-orang kafir di dunia ini, baik dahulu maupun sekarang. Hal itu membuatnya tidak merasa aman dari siksa Allâh Ta’ala.

Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

Dan begitulah adzab Rabbmu apabila Dia mengadzab
penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim.
Sesungguhnya adzab-Nya sangat pedih lagi keras.
Sesungguhnya pada peristiwa itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang takut kepada adzab akhirat.
Hari Kiamat itu adalah suatu hari
dimana manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)-Nya,
dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk).
Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu.
Saat hari itu tiba, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya;
maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang bahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka,
di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih)
”.
(Qs Hûd/11:102-106)


Ketika dia merenungkan berbagai kejadian yang mengerikan pada hari Kiamat, berbagai kesusahan dan beban yang menanti manusia di akhirat, semua itu pasti akan menggiringnya untuk takut kepada Allâh Ta’ala al-Khâliq.


Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

Hai manusia, bertakwalah kepada Rabbmu.
Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
(Ingatlah), pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu,
semua wanita yang menyusui anaknya lalai terhadap anak yang disusuinya,
dan semua wanita yang hamil gugur kandungan.
Kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk,
padahal sebenarnya mereka tidak mabuk.
Akan tetapi adzab Allâh itu sangat keras
”.
(Qs al-Hajj/22:1-2)


Demikianlah sifat orang-orang yang beriman. Di dunia, mereka takut terhadap siksa Rabb mereka, kemudian berusaha menjaga diri dari siksa-Nya dengan takwa, yaitu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka, Allâh Ta’ala memberikan balasan sesuai dengan jenis amal mereka. Dia memberikan keamanan di hari Kiamat dengan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya.

Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

Dan sebagian mereka (penghuni surga-pent) menghadap
kepada sebagian yang lain; mereka saling bertanya.
Mereka mengatakan:
“Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di tengah-tengah keluarga,
kami merasa takut (akan diadzab)”.
Kemudian Allâh memberikan karunia kepada kami
dan memelihara kami dari azab neraka.
Sesungguhnya kami dahulu beribadah kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang
”.
(Qs ath-Thûr/52:25-28)


ILMU ADALAH SEBAB TANGISAN KARENA ALLÂH TA'ALA

Semakin bertambah ilmu agama seseorang, semakin tambah pula takutnya terhadap keagungan Allâh Ta’ala.

Allâh Ta’ala berfirman yang artinya:

Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak,
ada yang bermacam-macam warna (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allâh di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah Ulama.
Sesungguhnya Allâh Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
”.
(Qs Fâthir/35:28)


Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

hadist

Surga dan neraka ditampakkan kepadaku,
maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini.
Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui,
kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis
”.

Anas bin Mâlik radhiyallâhu'anhu –perawi hadits ini- mengatakan,

Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para Sahabat selain hari itu.
Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan
”.
(HR. Muslim, no. 2359)


Imam Nawawi rahimahullâh berkata,

“Makna hadits ini, ‘Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali melebihi apa yang telah aku lihat di dalam surga pada hari ini. Aku juga tidak pernah melihat keburukan melebihi apa yang telah aku lihat di dalam neraka pada hari ini. Seandainya kamu melihat apa yang telah aku lihat dan mengetahui apa yang telah aku ketahui, semua yang aku lihat hari ini dan sebelumnya, sungguh kamu pasti sangat takut, menjadi sedikit tertawa dan banyak menangis”.
(Syarh Muslim, no. 2359)


Hadits ini menunjukkan anjuran menangis karena takut terhadap siksa Allâh Ta’ala dan tidak memperbanyak tertawa, karena banyak tertawa menunjukkan kelalaian dan kerasnya hati.

Lihatlah para Sahabat Nabi radhiyallâhu'anhum, begitu mudahnya mereka tersentuh oleh nasehat! Tidak sebagaimana kebanyakan orang di zaman ini. Memang, mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya, paling banyak pemahaman agamanya, paling cepat menyambut ajaran agama. Mereka adalah Salafus Shâlih yang mulia, maka selayaknya kita meneladani mereka.
(Lihat Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihin 1/475; no. 41)

Seandainya kita mengetahui bahwa tetesan air mata karena takut kepada Allâh Ta’ala merupakan tetesan yang paling dicintai oleh Allâh Ta’ala, tentulah kita akan menangis karena-Nya atau berusaha menangis sebisanya. Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjelaskan keutamaan tetesan air mata ini dengan sabda Beliau:

hadist

Tidak ada sesuatu yang yang lebih dicintai oleh Allâh
daripada dua tetesan dan dua bekas.
Tetesan yang berupa air mata karena takut kepada Allâh
dan tetesan darah yang ditumpahkan di jalan Allâh.
Adapun dua bekas, yaitu bekas di jalan Allâh
dan bekas di dalam (melaksanakan) suatu kewajiban
dari kewajiban-kewajiban-Nya
”.


Namun yang perlu kita perhatikan juga bahwa menangis tersebut adalah benar-benar karena Allâh Ta’ala, bukan karena manusia, seperti dilakukan di hadapan jama’ah atau bahkan dishooting TV dan disiarkan secara nasional. Oleh karena itu Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjanjikan kebaikan besar bagi seseorang yang menangis dalam keadaan sendirian. Beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

hadist

Tujuh (orang) yang akan diberi naungan oleh Allâh
pada naungan-Nya di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. ......
(di antaranya): Seorang laki-laki yang menyebut Allâh
di tempat yang sepi sehingga kedua matanya meneteskan air mata
”.
(HR. al-Bukhâri, no. 660; Muslim, no. 1031)


Hari Kiamat adalah hari pengadilan yang agung. Hari ketika setiap hamba akan mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatannya. Hari saat isi hati manusia akan dibongkar, segala rahasia akan ditampakkan di hadapan Allâh Yang Maha Mengetahui lagi Maha Perkasa. Maka kemana orang akan berlari? Alangkah bahagianya orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allâh Ta’ala pada hari itu. Dan salah satu jalan keselamatan itu adalah menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala.

Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn rahimahullâh berkata,

Wahai saudaraku, jika engkau menyebut Allâh Ta’ala, sebutlah Rabb-mu dengan hati yang kosong dari memikirkan yang lain. Jangan pikirkan sesuatu pun selain-Nya. Jika engkau memikirkan sesuatu selain-Nya, engkau tidak akan bisa menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala atau karena rindu kepada-Nya. Karena, seseorang tidak mungkin menangis sedangkan hatinya tersibukkan dengan sesuatu yang lain. Bagaimana engkau akan menangis karena rindu kepada Allâh Ta’ala dan karena takut kepada-Nya jika hatimu tersibukkan dengan selain-Nya?".


Oleh karena itu, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:

Seorang laki-laki yang menyebut Allâh di tempat yang sepi”,
yaitu hatinya kosong dari selain Allâh Ta’ala,
badannya juga kosong (dari orang lain),
dan tidak ada seorangpun di dekatnya
yang menyebabkan tangisannya menjadi riyâ’ dan sum’ah.
Namun, dia melakukan dengan ikhlas dan konsentrasi
”.
(Syarh Riyâdhus Shâlihîn 2/342, no. 449)


Setelah kita mengetahui hal ini, maka alangkah pantasnya kita mulai menangis karena takut kepada Allâh Ta’ala.

Wallâhul Musta’ân.

[1]

HR. at-Tirmidzi, no. 1633, 2311; an-Nasâ‘i 6/12; Ahmad 2/505; al-Hâkim 4/260; al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 14/264.
Syaikh Salîm al-Hilâli hafizhahullâh mengatakan, “Shahîh lighairihi”. Lihat penjelasannya dalam kitab Bahjatun Nâzhirîn Syarh Riyâdhus Shâlihîn 1/517; no. 448)

Minggu, 05 Desember 2010

Beberapa Kesalahan Kita dalam Bulan Muharram

Perkara Yang menyelisihi as-Sunnah

Adapun amalan-amalan yang menyelisihi as-Sunnah dan banyak dilakukan oleh kaum Muslimin dalam rangka menghormati dan memuliayakan bulan Muharram sangatlah banyak dan beragam. Dan berikut akan kami sebutkan dengan maksud kita dapat berhati-hati sehingga tidak terjerumus kepada amalan ibadah yang sia-sia dikarenakan tidak didasarkan kepada dalil yang kuat dan contoh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabat beliau.

A. ‘Asyura Menurut Syi’ah
Tanggal 10 Muharram 61 H, adalah hari terbunuhnya Abu Abdillah al-Husain bin Ali di padang Karbala.

Syi’ah menjadikan hari ‘Asyura sebagai hari bergabung, duka cita, dan menyiksa diri sebagai ungkapan kesedihan dan penyesalan. Pada hari itu mereka memperingati kematian al-Husen dan melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela seperti berkumpul, menangis, meratapi al-Husen secara histeris, membentuk kelompok-kelompok untuk pawai berkeliling di jalan-jalan dan di pasar-pasar sambil memukuli badan mereka dengan rantai besi, melukai kepala dengan pedang, mengikat tangan dan lain sebagainya. (at-Tasyayyu’ wasy Syi’ah, Ahmad al-Kisrawiy asy-Syi’iy, hal. 141. Tahqiq Dr. Nasyir al-Qifariy)

B. ‘Asyura Menurut Maryolitas Kaum Muslimin.
Sebagai tandingan dari apa yang dilakukan oleh orang Syi’ah di atas, kebanyakan kaum Muslimin menjadikan hari ‘Asyura sebagai hari raya, pesta dan serba ria.

Dan di antara amalan-amalan yang menyelisihi sunnah yang dilakukan oleh mereka adalah:

  • Shalat dan dzikir-dzikir khusus, yang disebut dengan shalat ‘Asyura.Mereka beralasan dengan hadits palsu, seperti yang disebutkan oleh as-Suyuthi di dalam al-La’ali al-Mashnu’ah. (as-Sunan wal Mubtada’at, hal. 134)
  • Mandi Janabah, bercelak, memakai minyak rambut dan mewarnai kuku dan menyemir rambut. Dan yang demikian jika si pelaku meyakini adanya keutamaan atau keistimewaan dilakukan pada hari tersebut.Mereka beralasan dengan hadits palsu, “Barangsiapa yang memakai celak pada hari ‘Asyura, maka ia tidak akan mengalami sakit mata pada tahun itu. Dan barangsiapa mandi pada hari ‘Asyura, ia tidak akan sakit selama tahun itu.” (Hadits ini palsu menurut as-Sakhawi, Mula Ali Qari dan al-Hakim, lihat al-Ibda’, hal. 150-151)
  • Membuat makanan khusus/istimewa, seperti membuat bubur syura yang terdapat di Sumatera Barat.
  • Do’a awal dan akhir tahun yang di baca pada malam akhir tahun. Mereka beranggapan dan berkeyakinan bahwa siapa yang membaca do’a ‘Asyura tidak akan meninggal pada tahun tersebut. (as-Sunan wal Mubtada’at, Muhammad asy-Syukairi, hal. 134)
  • Menentukan berinfaq dan memberi makan orang-orang miskin. Dan yang demikian jika si pelaku meyakini adanya keutamaan atau keistimewaan dilakukan pada hari tersebut.
  • Memberikan uang belanja yang lebih kepada keluarga. Dan yang demikian jika si pelaku meyakini adanya keutamaan atau keistimewaan dilakukan pada hari tersebut.Mereka beralasan dengan hadits lemah, “Barangsiapa yang meluaskan (nafkah) kepada keluarganya pada hari ‘Asyura, maka Allah akan melapangkan (rizkinya) selama setahun itu.” (HR. ath-Thabrani, al-Baihaqi dan Ibnu Abdil Bar)
  • Setelah mandi janabat berziarah ke makam orang alim, menengok orang sakit, memotong kuku, membaca al-Fatihah seribu kali. Karena perbuatan tersebut di atas diperintahkan oleh syari’at setiap saat, dan adapun mengususkannya pada hari 10 Muharram tidak berdasar sama sekali.

C. ‘Asyura Menurut Tradisi dan Kultur Kejawen
Bulan Suro menurut istilah mereka, banyak diwarnai orang Jawa dengan berbagai mitos dan khurafat, antara lain: Keyakinan bahwa bulan Suro adalah bulan keramat yang tidak boleh di buat main-main dan bersenang-senang seperti hajatan pernikahan, dan jenis hajatan yang lainnya.

Ternyata kalau kita renungkan dengan cermat apa yang dilakukan oleh mereka di dalam bulan Suro adalah merupakan akulturasi Syi’ah animesme, dinamisme dan Arab Jahiliyah. Dulu, orang Quraisy Jahiliyah pada setiap ‘Asyura selalu mengganti Kiswah Ka’bah (kain pembungkus Ka’bah)(Lihat, Fath al-Baari, 4/246). Kini orang Jawa mengganti kelambu makam Sunan Kudus pada bulan Suro juga.

Walhasil, pada dasarnya di dalam Islam, ‘Asyura tidak di isi dengan kesedihan dan penyiksaan diri, tidak di isi dengan pesta dan berhias diri dan juga tidak di isi dengan ritual di tempat-tempat keramat atau yang dianggap suci untuk tolak bala’ bahkan tidak di isi dengan berkumpul-kumpul.

[[ Penulis: Husnul Yaqin Arba'in --- dikutip dari alsofwah.or.id ]]

Kamis, 25 November 2010

Salahkah Aku Jika Aku Tidak Mengikuti Kebanyakan Orang?

Bismillah

“Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, sungguh mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Allah (Qs:al An’aam:116)

Salahkah aku jika tidak mengikuti kebanyakan orang
Dimana kebanyakan mereka mendaki gunung emas
Tak terlihat baginya puncak bertepi
Sehingga ia lupa harus kembali menapaki kerendahan

“..akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur” (Qs Al Baqoroh:243) 

Salahkah jika aku tidak mengikuti kebanyakan orang
dimana mereka berpakaian titel dan pangkat
sebagai hasil pembelajaran di lembaga ikhtilath
sehingga ia lupa bahwa titel terakhirnya alm.

“…akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (Qs.Al A’raf:187) 

Salahkah aku jika tidak mengikuti kebanyakan orang
dimana mereka berkulit intan permata
bermahkota lembaran sutra polesan
menepis malu dengan alasan masa muda
sehingga ia lupa dengan kehormatannya

“.. dan sesungguhnya kebanyakan manusia itu lengah terhadap tanda tanda kekuasan Kami” (Qs.Yunus:92) 

Salahkah jika aku tidak mengikuti kebanyakan orang
dimana ukuran kebenaran dimata mereka
Adalah mayoritas manusia
berpangkal adat nenek moyang
berujung peremehan sunnah Nabi

“ dan sesungguhnya Kami telah mengulang ulang kepada manusia didalam Al-Quran ini setiap macam perumpamaan, tetapi kebanyakan manusia tidak menyukai selain mengingkari”. (Qs.Al Isra’:89)

Salahkah jika aku tidak mengikuti kebanyakan orang
dimana ukuran kesuksesan dimata mereka
Adalah penguasaan teknologi mutakhir
tersibukkan dengan tuntutan zaman
terlupakan dengan tuntutan akhir zaman

“ Dan sesungguhnya kebanyakan diantara manusia benar benar ingkar akan pertemuan dengan rabb-nya. (Qs.Ar Ruum:8) 

Salahkah jika aku tidak mengikuti kebanyakan orang

“ ..akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”. (Qs.Hud:17) 

“..Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan..” (QS.Yunus:36)

“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.” ( Al-An’am [6]: 116) 

“..dan sesungguhnya kebanyakan manusia itu benar benar fasiq” (Qs.Al Maa’idah:49) 

Salahkah jika aku mengikuti golongan yang sedikit
Salahkah jika aku mencintai golongan yang sedikit
Dan salahkah aku jika berharap menjadi golongan yang sedikit? 

“ Sedikit sekali dari hamba-Ku yang bersyukur.” (Qs.Saba’:13)

“ ..Sedikit sekali kalian beriman kepadanya. (Qs.Al Haaqqah:41)

“..Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran” (Qs.Al A’raf:3)

“…Dan tidak beriman kepada Nuh itu kecuali sedikit saja.” (Huud [11]: 40)

“…Tidak ada orang yang mengetahui (bilangan) mereka kecuali sedikit.” (Al-Kahfi [18]: 22)

“…Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amat sedikitlah mereka ini.” (Shaad [38]: 24)

“Seandainya kalian mengikuti kebanyakan orang di muka bumi, sungguh mereka akan menyesatkan kalian dari jalan Allah “(Qs:al An’aam:116)
“Katakanlah: ‘tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu. Maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah [5]: 100) 

di copy dari : blognya http://kayyisatunnisaa.blogspot.com/

Rabu, 18 Agustus 2010

MEMUTAR KOTAK INFAQ PADA SHOLAT JUMAT

Fatwa Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz

المرور بصندوق خيري أمام الصفوف يوم الجمعة

Hukum Memutarkan Kotak Infak di Depan Shaf Shalat Pada Hari Jumat

لنا صندوق خيري لصالح المسجد، ويوجد رجل مخصص لهذا الصندوق يدور به على صفوف المصلين قبل الصلاة، وخاصة يوم الجمعة، فما حكم هذا العمل، علماً بأن بعض المصلين يجد شيئاً من الحرج؟

Pertanyaan, “Kami memiliki kotak infak untuk kepentingan masjid. Ada petugas khusus yang yang bertugas memutarkannya di depan jamaah masjid sebelum shalat dimulai terutama pada hari Jumat. Apa hukum perbuatan semisal ini mengingat sebagian jamaah kurang setuju dengan hal ini?”

هذا فيه نظر؛ لأن معناه سؤال للمصلين وقد يحرجهم ويؤذيهم بذلك، فكونه يطوف عليهم ليسألهم حتى يضعوا شيئاً من المال في هذا الصندوق لمصالح المسجد لو تَرك هذا يكون أحسن،

Jawaban Ibnu Baz, “Hal ini perlu mendapatkan rincian. Memutarkan kotak infak itu bermakna meminta-minta kepada jamaah masjid yang hendak menunaikan shalat. Boleh jadi hal ini menyusahkan dan mengganggu mereka. Adanya petugas yang berkeliling di hadapan para jamaah masjid untuk meminta mereka agar mereka memasukkan sebagian uang mereka ke dalam kotak infak masjid adalah suatu hal yang lebih baik ditinggalkan.

وإلا فالأمر فيه واسع، لو قال الإمام: أن المسجد في حاجة إلى مساعدتكم وتعاونكم فلا بأس في ذلك؛ لأن هذا مشروع خيري،

Meski sebenarnya ada kelonggaran dalam masalah ini. Seandainya pengurus masjid menyampaikan pengumuman bahwa masjid membutuhkan bantuan finansial jamaah masjid maka memutarkan kotak infak adalah perbuatan yang tidak mengapa karena hal ini adalah termasuk kegiatan yang bersifat murni sosial.

لكن كونه يطوف بالصندوق عليهم في صفوفهم قد يكون فيه بعض الأذى وبعض الإحراج، فالذي أرى أن تركه أولى،

Akan tetapi menimbang bahwa memutarkan kotak infak di hadapan para jamaah masjid itu sedikit mengganggu dan menyusahkan para jamaah maka kami berpandangan bahwa meninggalkan hal tersebut adalah yang lebih baik.

ويكفي أن يُعلموا بهذا، أن الصندوق هذا لمصالح المسجد من شاء وضع فيه ومن شاء تركه، ولا يطوف به عليهم ولا يؤذيهم بذلك، هذا هو الأحوط والأقرب إلى السلامة.

Idealnya cukup jamaah diberi tahu adanya kotak infak untuk kepentingan masjid. Siapa yang ingin berinfak dipersilahkan dan siapa yang belum ingin berinfak juga tidak mengapa. Sehingga tidak perlu memutarkan kotak infak yang berakibat jamaah masjid merasa kurang nyaman. Inilah sikap yang lebih hati-hati dan lebih aman”.

Sumber:

http://www.ibnbaz.org.sa/mat/16368

Artikel www.ustadzaris.com